BLIMBING WULUH SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF

Posted: 23 November 2011 in Pengetahuan Lingkungan Hidup

Energi adalah suatu hal yang tak dapat lepas dari kehidupan sehari-hari. Dari hari ke hari kebutuhan akan energi semakin meningkat, peningkatan ini dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu, gaya hidup, kepuasan manusia yang tak ada hentinya, semakin majunya peradaban manusia dan lain-lain. Energi berdasarkan sumbernya dibedakan atas 2 yaitu energi yang terbarukan dan yang tidak terbarukan. Energi yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah energi yang tidak terbarukan. Dengan demikian energi tersebut semakin lama akan semakin berkurang. Contoh dari energi yang tak terbarukan adalah minyak bumi yang berasal dari fosil-fosil yang telah berjuta-juta tahun berada di dalam perut bumi.

Meihat hal tersebut, maka dibutuhkan suatu energi yang terbarukan sehingga dapat mengurangi penggunaan energi yang tak terbarukan seperti minyak bumi. Melihat potensi dari belimbing wuluh yang tumbuh subur di Indonesia maka penulis ingin memaparkan penggunaan dari belimbing wuluh sebagai media sumber energi alternatif.

Belimbing wuluh atau disebut juga belimbing sayur, belimbing asam atau belimbing wuluh dengan nama latin Averrhoa bilimbi merupakan tanaman yang mempunyai buah berasa asam yang kaya khasiat sering digunakan sebagai bumbu sayuran atau campuran jamu.

Belimbing wuluh atau belimbing sayur diduga berasal dari kepulauan Maluku dan kini tersebar ke seluruh Indonesia dan negara-negara sekitar seperti Filipina, Myanmar, dan Srilanka.

Buah Blimbing WuluhGambar. Buah Blimbing WuLuh

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi) dikenal dengan berbagai daerah dengan nama yang berbeda, seperti: limeng, selimeng (Aceh), Selemeng (Gayo), asom belimbing, balimbingan (Batak), malimbi (Nias), balimbieng (Minangkabau), belimbing asam (Melayu), balimbing (Lampung), belimbing wuluh (jawa), calincing wulet (Sunda), bhalingbhing bulu (Madura), dll.

Sedangkan dalam bahasa latin disebut Averrhoa bilimbi.

Ciri-ciri pohon. Pohon belimbing wuluh kecil setinggi sekitar 10 meter dengan diameter pangkal batang mencapai 30 cm. Batangnya bergelombang dan tidak rata.

Daun belimbing sayur merupakan daun majemuk sepanjang 30-60 cm dengan 11-45 pasang anak daun. Anak daun berwarna hijau, bertangkai pendek, berbentuk bulat telur hingga jorong dengan ujung agak runcing, pangkal membulat, tepi daun rata, panjang 2-10 cm, lebar 1-3 cm.

Belimbing wuluh mempunyai bunga majemuk yang tersusun dalam malai, berkelompok. Bunga belimbing asam, seperti buah kepel, tumbuh keluar dari batang atau percabangan yang besar. Buah belimbing buluh berupa buni berbentuk lonjor bersegi, dengan panjang 4-6 cm. Buahnya berwarna hijau kekuningan, berair dan jika masak berasa asam.

Pohon Blimbing Wuluh

                                Pohon Blimbing WUluh

Kandungan dan Khasiat Belimbing Wuluh: Belimbing wuluh bermanfaat sebagai anti radang karena mengandung flavon. Selain itu, kaliumnya melancarkan keluarnya air seni (diuretik) sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Belimbing wuluh juga mampu mengeluarkan dahak dan menurunkan panas.

Buahnya mengandung zat: asam-kalium-akolat. Ini adalah salah satu kegunaan dari belimbing wuluh diluar sebagai sumber energi alternatif.

  1. A.           Buah Blimbing Sebagai Sember Energi Listrik Alternatif

Belimbing wuluh yang tumbuh subur di pekarangan rumah, dapat disulap menjadi zat pengurai yang mampu menghasilkan tenaga listrik alternatif, di tengah keluhan warga akan kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Untuk menciptakan energi listrik tersebut, awalnya belimbing yang biasa digunakan sebagai sayuran ini dihaluskan untuk diambil airnya. Selanjutnya, dengan menggunakan media tanah yang ditaruh dalam gelas bekas air mineral ini, air belimbing ini disuntikan secukupnya.

Selanjutnya, masing masing gelas berisi tanah bercampur sari air belimbing ini dihubungkan dengan rangkaian kawat lempengan tembaga dan seng, guna mengalirkan arus listrik. Hasilnya, energi listrikpun tercipta dengan tegangan yang lumayan, yakni hingga mencapai 5 volt, cukup untuk menghidupkan lampu penerangan. Tegangan yang dihasilkan ini juga lebih besar dari tegangan satu buah batu baterai.

Ø Alat dan Bahan yang diperlukan:

1)      Belimbing Wuluh

2)      Blender

3)      Gelas plastic

4)       Tanah

5)      Air

6)        Lempeng tembaga (sebagai elektroda positif)

7)        Lempeng seng (sebagai elektroda negatif)

8)        Kabel

  • Ø Cara pembuatan Energi Alternatif dari Blimbing Wuluh:
  1.    Blender blimbing wuluh sampe halus (jadi jus belimbing wuluh; masak jus apel) sehingga diperoleh cairan yang menyerupai air (tanpa serabut/ampas).
  2. Siapkan gelas-gelas plastik dan diisi dengan tanah liat (bukan tanah berpasir ataupun yang mengandung sampah). Gelas tersebut dapat berasala dari sisa minuman air mineral.
  3. Masukan jus blimbing wuluh tersebut ke dalam gelas-gelas plastik yang sudah diisi tanah.
  4.  Susun berderet gelas-gelas yang sudah diisi tanah dan jus blimbing wu
  5. Buat rangkaian elektroda dengan menyambungkan antara lempeng tembaga dan lempeng seng menggunakan kabel (kira-kira dengan kabel masing-masing 15cm)
  6. Sebuah rangkaian elektroda tersebut ke dalam gelas-gelas tanah yang telah disiapkan sebelumnya, dengan susunan lempeng tembaga-lempeng seng-lempeng tembaga dan begitu seterusnya, jadi satu gelas akan berisi susunan satu lempeng tembaga dan satu lempeng seng dari rangkaian elektroda yang berbeda
  7. Siapkan dua rangkaian elektroda dengan kabel yang lebih panjang dan hanya menggunakan satu lempeng saja, satu tembaga dan satu seng. Untuk gelas terluar (gelas pertama dan terakhir yang hanya memiliki satu lempeng: gelas pertama lempeng tembaga dan gelas terakhir lempeng seng) disambungkan dengan rangkaian elektroda baru ini. Gelas pertama dengan yang rangkaian seng, gelas terakhir disambungkan dengan rangkaian tembaga. Ujung dari dua kabel rangkaian terakhir inilah yang akan disambungkan dengan lampu yang akan dinyalakan.
  8. Jasilah rangkaian sederhana pembangkit energy alternative ini. Satu gelas bias menghasilkan energy sebesar 0,5 volt, jadi untuk menghasilkan energi yang lebih besar tinggal menambahkan jumlah gelas dalam rangkaian yang akan dibuat. Satu gelas rangkaian ini bias bertahan kurang lebih selama 15 hari.

Menurut penulis, energy listrik ini tercipta karena belimbing wuluh yang memiliki tingkat keasaman tinggi hingga dapat menghantarkan ion dan elektron yang ada pada lempengan tembaga danseng. Sehingga terciptalah arus listrik. Rata-rata, 10 butir belimbing wuluh ini mampu menciptakan tegangan listrik hingga mencapai 2,5 volt atau setara dengan satu buah batu baterai kering. Bahkan menurut pengalamannya, energy listrik dari belimbing sayurini dapat bertahan lama hingga mencapai satu bulan.

Menurut penulis, pengembangkan dari belimbing wuluh sebagai sumber energy alternative harus terus dikembangkan karena potensi dari belimbing tersebut tumbuh di Indonesia sangat tinggi. Sehingga nantinya setelah berkembang, energy listrik alternative ini dapat dikemas dalam bentuk produk energi yang praktis layaknya baterai. Sehingga, dapat dikembangkan sebagai salah satu energy alternative ditengah tarif listrik yang dampaknya kian terasa berat bagi rakyat kecil.

Sumber : http://id.shvoong.com/exact-sciences/bioengineering-and-biotechnology/2163331-belimbing-wuluh/

Komentar
  1. Ratna Kuatiningsari berkata:

    Apa bnar belimbing wuluh dapat menghasilkan energi listrik alternatif karena meiliki tingkat keasaman yg tinggi?

  2. adinda berkata:

    apa boleh tau takaran dari bahan-bahan tersebut?

    • Nenymoo berkata:

      itu gak ada takaran yg spesifikkk….. misalnya 1 wadah aqua tanahnya 3/4 terus sari blimbingnya harus meebihi tanah tersebutt…..
      Di coba22 aja…nanti tau sendiri seberapa takarannya..dan apa efeknya

  3. Wanda Saputra berkata:

    apa gak ada takaran tiap masing2 wadah atau gambar proses pembuatannya?

    • Nenymoo berkata:

      Ada pak wanda… Itu di bawah sudah ada komposisinya….
      Sebenarnya ini ada foto nya.. tetapi masih belum sempat mengguplud 😀
      .
      Terimakasih sudah mampir di bLog saya… Moga bermanfaat

Tinggalkan Balasan ke Wanda Saputra Batalkan balasan